Apa Itu Cash Flow? Ini Contoh dan Template Laporannya!

Table of Contents

Pernahkah Anda merasa kesulitan membayar gaji karyawan atau biaya operasional perusahaan, padahal sudah menghasilkan banyak omzet? Jika pernah, mungkin masalahnya ada di cash flow.

Ya, cash flow atau arus kas kerap kali menjadi faktor utama kegagalan bisnis akibat pengelolaan keuangan yang tidak tepat.

Namun sebenarnya, apa itu cash flow? Bagaimana cara menyusun dan contohnya? Simak artikel ini lebih lanjut untuk mengetahui peran pentingnya bagi bisnis!

Apa Itu Cash Flow?

Secara sederhana, cash flow adalah aliran masuk dan keluarnya uang dalam sebuah bisnis dalam kurun periode tertentu.

Arus kas masuk mencakup pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa, bunga investasi, penjualan aset bisnis, hingga pinjaman bank atau pendanaan investor.

Sementara itu, arus kas keluar mencakup biaya operasional (sewa gedung, listrik, internet, dll.), pembayaran gaji karyawan, pembelian bahan baku, hingga biaya pemasaran dan iklan.

Apabila arus kas masuk melebihi keluarnya, maka net cash flow dapat dikatakan positif. Begitu pun sebaliknya, apabila arus kas keluar melebihi masuknya, mak net cash flow pun menjadi negatif.

Dengan kata lain, jika uang yang diperoleh bisnis lebih besar daripada yang dikeluarkan, maka bisnis memiliki cukup dana untuk berkembang dan bertumbuh dalam jangka panjang.

Namun, jika uang yang keluar lebih besar daripada yang diperoleh, maka bisnis bisa mengalami kesulitan keuangan.

Nah, aliran keluar-masuk uang ini harus dilaporkan bisnis secara berkala dalam laporan arus kas (cash flow statement). Perlu diketahui, cash flow statement adalah salah satu laporan keuangan perusahaan yang utama selain laporan neraca dan laporan laba rugi.

Informasi tentang cash flow statement akan bermanfaat untuk menarik investor karena dapat menjadi indikator kesehatan keuangan perusahan.

Manfaat Cash Flow bagi Bisnis

Menyusun laporan cash flow akan memberikan manfaat besar bagi bisnis Anda, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui Kondisi Finansial Perusahaan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, laporan cash flow berisi catatan seluruh aliran masuk dan keluarnya uang dalam bisnis.

Dengan begitu, perusahaan pun dapat mengetahui berapa banyak uang yang dimiliki pada periode tertentu dan bagaimana dana tersebut telah atau akan digunakan.

Dari sini, perusahaan dapat menilai apakah mereka memiliki cukup dana untuk membayar kewajiban operasional, seperti gaji karyawan, sewa gedung, hingga pembelian bahan baku.

Apabila dari laporan cash flow tersebut menunjukkan angka negatif dalam jangka waktu lama, ini bisa menjadi peringatan untuk segera mengambil langkah strategis guna menghindari krisis keuangan.

2. Salah Satu Rujukan Pengambilan Keputusan dalam Bisnis

Cash flow statement juga bisa menjadi salah satu rujukan untuk pengambilan keputusan dalam bisnis.

Jadi, perusahaan bisa menentukan apakah mereka mampu berinvestasi ke bisnis lain, melakukan ekspansi, membeli aset baru, atau sebaliknya, harus menghemat biaya untuk menjaga stabilitas keuangan.

Misalnya, apabila diketahui bahwa cash flow statement menunjukkan angka yang sangat positif, maka perusahaan mungkin bisa mempertimbangkan untuk melakukan ekspansi pasar ke lini bisnis yang lain tanpa mengganggu kestabilan keuangan.

3. Menarik Investor

Dalam memutuskan apakah seorang investor akan berinvestasi atau tidak, cash flow adalah salah satu aspek yang dipertimbangkan.

Pasalnya, investor tentunya akan cenderung memilih perusahaan dengan cash flow yang sehat karena menunjukkan bahwa bisnis tersebut mempunyai kestabilan keuangan dan potensi pertumbuhan yang baik.

4. Membantu Perencanaan Keuangan yang Lebih Baik

Penyusunan cash flow juga memungkinkan bisnis untuk merencanakan keuangan dengan lebih baik, termasuk dalam mengatur pengeluaran dan memastikan ketersediaan dana untuk kebutuhan operasional.

Misalnya, perusahaan dapat memastikan bahwa gaji karyawan dapat dibayarkan tepat waktu tanpa kendala keuangan.

Dengan memahami pola arus kas, bisnis juga bisa mengatur jadwal pembayaran utang, sewa tempat, atau biaya pemasok agar tidak mengalami kekurangan dana di waktu tertentu.

Baca juga: Contoh Invoice DP 50, Mudahkan Kelancaran Cash Flow 

Jenis-Jenis Cash Flow

Bagaimana, apakah Anda sudah mempertimbangkan untuk menyusun laporan cash flow karena berbagai manfaatnya untuk bisnis?

Sebelum itu, pastikan Anda memahami jenis-jenis cash flow terlebih dahulu seperti yang dilansir dari Investopedia berikut.

1. Operational Cash Flow (CFO)

CFO atau cash flows from operations adalah arus kas yang asalnya dari aktivitas utama bisnis, seperti penjualan barang dan jasa, pinjaman dana, pengeluaran untuk gaji pegawai, hingga pembayaran tagihan listrik.

Jenis cash flow ini berguna untuk memberikan gambaran apakah perusahaan memperoleh cukup uang dari kegiatan utamanya untuk membayar biaya operasional (gaji karyawan, biaya produksi, sewa tempat, dll.)

Cara menghitung operational cash flow cukup sederhana, Anda bisa gunakan rumus berikut:

CFO = Pendapatan - Biaya Operasional

Contohnya, perusahaan A memiliki data keuangan sebagai berikut:

  • Pendapatan dari penjualan produk = Rp50.000.000
  • Pendapatan tambahan dari bunga piutang = Rp5.000.000
  • Gaji karyawan = Rp10.000.000
  • Biaya produksi = Rp10.000.000
  • Biaya sewa tempat = Rp5.000.000

Maka, perhitungannya adalah sebagai berikut:

CFO = (Rp50.000.000 + Rp5.000.000) - (Rp10.000.000 + Rp10.000.000 + Rp5.000.000)

CFO = Rp30.000.000 (positif)

2. Investment Cash Flow (CFI)

Berbeda dengan CFO yang berasal dari aktivitas utama bisnis, investment cash flow atau CFO adalah jenis arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perusahaan.

Ini mencakup investasi pada saham atau obligasi, penjualan sekuritas atau aset, hingga pengeluaran untuk melakukan penelitian dan pengembangan (R&D).

Jika angka CFI negatif, itu bisa berarti perusahaan sedang mengeluarkan banyak uang untuk investasi, misalnya membeli mesin baru atau melakukan riset dan pengembangan.

Ini bukan selalu pertanda buruk, karena investasi jangka panjang bisa membantu bisnis tumbuh di masa depan. 

Sebaliknya, jika CFI positif, artinya perusahaan mungkin telah menjual aset atau menerima keuntungan dari investasinya.

Untuk menghitung CFI, berikut rumusnya:

CFI = (CapEx/Pembelian Aset Tetap) + (Surat Berharga) + (Akuisisi Bisnis) − (Penjualan Investasi)

Untuk memahami lebih dalam tentang penerapan perhitungan CFI, mari kita lihat contoh dari highradius berikut.

Selama tahun 2023, Hershey Company melakukan investasi besar dalam pengeluaran modal (CapEx), terutama untuk mengakuisisi aset tetap guna mendukung operasionalnya.

Perusahaan tersebut mengalokasikan $771,109 ribu untuk belanja modal, yang menunjukkan komitmennya dalam memperluas infrastruktur dan meningkatkan teknologi.

Berikut laporan arus kas Hershey Company:

  • Belanja modal (CapEx): −Rp771.109.000.000
  • Investasi ekuitas dalam kemitraan kredit pajak: −Rp256.815.000.000
  • Akuisisi bisnis (setelah dikurangi kas dan setara kas yang diperoleh): −Rp165.818.000.000
  • Aktivitas investasi lainnya: −Rp4.934.000.000

Maka, perhitungannya adalah sebagai berikut.

CFI = (−Rp771.109.000.000) + (−Rp256.815.000.000) + (−Rp165.818.000.000) + (−Rp4.934.000.000)

CFI = -Rp1.198.676.000.000

Maka, pada tahun 2023, Hershey mencatat arus kas bersih dari aktivitas investasi sebesar −Rp1.198.676.000.000. Angka negatif ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak menginvestasikan uangnya untuk aset tetap dan akuisisi dibandingkan dengan yang diterima dari penjualan aset atau investasi lainnya.

3. Financing Cash Flow (CFF)

Jenis cash flow yang terakhir adalah CFF, yaitu arus kas yang dihasilkan dari aktivitas pendanaan perusahaan.

Aktivitas pendanaan yang dimaksud di sini mencakup penerbitan saham, penerimaan pinjaman, pembayaran utang, dan pembagian dividen kepada para pemegang saham.

CFF digunakan untuk menilai bagaimana perusahaan memperoleh dan menggunakan dana untuk mendukung kegiatan operasionalnya.

Apabila CFF menunjukkan angka yang positif, artinya perusahaan menerima lebih banyak dana dari pendanaan dibandingkan dengan yang mereka keluarkan untuk membayar utang atau dividen.

Sebaliknya, apabila CFF negatif, ini menandakan bahwa perusahaan mengeluarkan dana lebih banyak untuk melunasi utang dan membayar dividen dibandingkan dana yang diperoleh dari investor atau kreditur.

Untuk menghitung CFF, berikut rumus yang bisa Anda gunakan:

CFF = Pendapatan dari Penerbitan Saham - (Pembayaran Dividen + Pembelian Kembali Saham/Pelunasan Utang)

Misalnya, suatu perusahaan memiliki data berikut dalam laporan arus kasnya:

  • Pembelian kembali saham = Rp1.000.000.000
  • Penerimaan dari utang jangka panjang = Rp3.000.000.000
  • Pelunasan utang jangka panjang = Rp500.000.000
  • Pembayaran dividen = Rp400.000.000

Maka, perhitungan CFF adalah:

CFF = Rp3.000.000.000 - (Rp1.000.000.000 + Rp500.000.000 + Rp400.000.000)

CFF= Rp1.100.000.000 (positif)

Metode Penyusunan Cash Flow

Jika sudah memahami jenis-jenisnya, maka penting untuk mengetahui dua metode penyusunan cash flow statement.

Dilansir dari Investopedia, berikut selengkapnya.

1. Metode Langsung (Direct Method)

Metode penyusunan cash flow statement yang pertama adalah menghitung arus kas dari aktivitas operasional dengan menjumlahkan langsung semua penerimaan dan pengeluaran kas.

Penerimaan kas mencakup uang yang benar-benar diterima dari pelanggan, sedangkan pengeluaran kas meliputi pembayaran kepada pemasok, gaji karyawan, dan biaya operasional lainnya. Jadi, metode ini tidak memasukkan transaksi non-kas seperti piutang yang belum dibayar.

Untuk menghitungnya, Anda bisa menggunakan saldo awal dan saldo akhir dari berbagai akun keuangan bisnis, kemudian menganalisis perubahan saldo tersebut.

2. Metode Tidak Langsung (Indirect Method)

Dalam metode tidak langsung, perhitungan arus kas dari aktivitas operasi dimulai dengan laba bersih yang diperoleh dari laporan laba rugi perusahaan.

Karena laporan laba rugi disusun berdasarkan prinsip akuntansi akrual, pendapatan bisa diakui meskipun uangnya belum diterima

Oleh karena itu, laba bersih tidak selalu mencerminkan jumlah kas yang sebenarnya diterima perusahaan dari kegiatan operasionalnya.

Laba bersih disesuaikan dengan menambahkan kembali beban non-kas seperti depresiasi serta memperhitungkan perubahan aset dan liabilitas operasional agar mencerminkan arus kas yang sebenarnya.

Metode tidak langsung lebih sering digunakan karena lebih mudah diterapkan dengan data yang sudah tersedia dalam laporan laba rugi.

Baca juga: Mengenal Piutang Usaha dan Cara Mengelolanya agar Bisnismu Tetap Eksis 

Contoh Cash Flow Statement Perusahaan beserta Template-nya

Agar lebih paham, Anda bisa mengamati contoh laporan cash flow perusahaan sederhana berikut. Anda juga dapat menggunakan template yang telah disediakan dengan mengakses tautan yang tertera di bawahnya.

contoh cash flow statement perusahaan

Akses template cash flow statement di sini

Akses template cash flow statement di sini

Akses template cash flow statement di sini

Percepat Arus Kas dengan Memberikan Opsi Pembayaran Beragam untuk Pelanggan Anda bersama DOKU!

Di tahun 2025, pelanggan semakin mengutamakan kenyamanan dan kemudahan dalam bertransaksi. Faktanya, 67% orang Indonesia kini lebih memilih bertransaksi secara cashless karena alasan kemudahan dan keamanan (Visa Study).

Keunggulan DOKU:

Metode Pembayaran Luas

DOKU menyediakan rangkaian produk pembayaran terluas, mulai dari Kartu Kredit, cicilan Kartu Kredit, Transfer Bank, E-wallet, PayLater, Direct Debit, Digital Banking, QRIS, hingga OTC (Over The Counter), di mana pelanggan bisa melunasi pembeliannya melalui transaksi tunai di gerai minimarket dengan menggunakan kode tertentu.

Memiliki Lisensi Terlengkap

DOKU adalah satu-satunya penyedia layanan pembayaran di Indonesia yang memiliki lima lisensi dari Bank Indonesia, yaitu untuk payment gateway, transfer dana, uang elektronik, dompet elektronik, dan operator QRIS.

Pengalaman dan Sertifikasi Unggul

Dengan menggunakan payment gateway yang tepat, hal tersebut memungkinkan pelanggan melakukan pembayaran tanpa kendala. Alhasil,  komplain pelanggan dapat terhindarkan.

Perlu diketahui, Payment Card Industry Data Security Standard (PCI DSS) adalah standar keamanan informasi kepemilikan yang dikelola oleh PCI Security Standards Council, yang dibentuk oleh American Express, Discover Financial Services, JCB International, MasterCard Worldwide, dan Visa Inc.

Telah Dipercaya Ratusan Ribu Merchant Korporat

Tercatat lebih dari 150.000 merchant korporat dari lintas industri telah menggunakan layanan pembayaran DOKU, termasuk diantaranya Google, Garuda, Prudential dan Traveloka.

CEO DOKU, Chris Yeo, menegaskan pentingnya keunggulan yang dimiliki DOKU dalam sektor fintech pembayaran di Indonesia. “Saya pikir keunggulan kami sebagai payment fintech company adalah memiliki 6 lisensi pembayaran yang tidak dimiliki oleh semua fintech di Indonesia. Lisensi pembayaran ini memungkinkan kami menghasilkan berbagai macam produk pembayaran yang berbeda, seperti payment gateway, pembayaran lintas batas (cross-border), pembayaran tagihan (billers), e-money, e-wallet, QRIS, hingga collecting agent untuk mengumpulkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).”

Hubungi kami
Sales kami siap memberikan informasi lebih lanjut, atau daftar di sini untuk mulai menawarkan berbagai opsi pembayaran kepada pelanggan Anda!

Previous
This is some text inside of a div block.
Next
This is some text inside of a div block.