Financial fraud adalah salah satu bentuk kejahatan yang patut diwaspadai, terutama di era modern seperti sekarang. Pasalnya, kerugian yang ditimbulkan oleh financial fraud sangatlah besar.
Berdasarkan Global Financial Crime Report, terjadi kerugian global dengan total 485,6 miliar dolar AS akibat fraud dan skema penipuan bank pada 2023. Tak hanya itu, di 2023, diperkirakan lebih dari 3,1 triliun dolar AS yang mengalir melalui sistem finansial global adalah dana gelap.
Terbayang betapa berbahayanya financial fraud, kan? Maka dari itu, sebagai bentuk antisipasi, Anda perlu memahami pengertian, faktor pendorong, jenis, dampak, dan tips pencegahan dari financial fraud.
Apa Itu Financial Fraud?

Financial fraud adalah bentuk penipuan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh keuntungan finansial dari individu atau kelompok. Bentuk penipuan ini menargetkan calon korban dari segala usia, mulai dari anak-anak hingga lansia.
Insiden financial fraud pertama yang tercatat dalam sejarah terjadi pada 300 SM. Insiden ini melibatkan Hegestratos, seorang pedagang Yunani, yang mengambil polis asuransi besar yang dikenal sebagai bottomry.
Hegestratos meminjam uang dan setuju untuk mengembalikannya dengan bunga ketika kargo berisi jagung berhasil dikirimkan. Bila si pedagang tidak mau mengembalikan uang yang telah dipinjam, pemberi pinjaman akan mengambil alih kargo dan kapal pengangkutnya.
Hegestratos berencana menenggelamkan kapal dalam keadaan kosong, mempertahankan uang yang dipinjamnya, serta menjual jagung ke pasaran. Rencana tersebut gagal, lalu Hegestratos tenggelam saat mencoba kabur dari para kru dan penumpang kapal yang memergokinya.
Sejak insiden tersebut, bermunculan kasus-kasus financial fraud lain dengan berbagai motif dan skema di masa-masa selanjutnya.
Faktor Pendorong Tindakan Financial Fraud
Faktor pendorong financial fraud dikemas secara sederhana oleh Donald R. Cressey, seorang ahli kriminologi asal Amerika Serikat, dalam konsep bernama “Fraud Triangle”. Fraud Triangle menjelaskan alasan di balik keputusan seseorang untuk melakukan penipuan.
Berikut adalah tiga faktor pendorong yang dibahas dalam Fraud Triangle!
1. Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan merujuk pada sikon yang mendorong terjadinya penipuan. Ketika kejahatan akan sulit dideteksi, kesempatan melakukan financial fraud pun makin besar.
Dalam Fraud Triangle, kesempatan bisa diminimalkan atau diabaikan tergantung pada individu atau organisasi yang mengendalikannya. Berikut adalah beberapa contoh yang memperbesar kesempatan melakukan tindakan financial fraud!
a. Kendali internal yang lemah
Kontrol internal merupakan prosedur yang diimplementasikan untuk menjamin integritas akuntansi dan informasi keuangan.
Jika kendali internal lemah, seperti kurang pengawasan, buruknya pembagian tanggung jawab, dan minimnya kualitas dan kuantitas dokumentasi, kesempatan untuk melakukan financial fraud pun akan meningkat.
b. Kebijakan akuntansi yang kurang memadai
Kebijakan akuntansi mencakup cara-cara pencatatan data dalam laporan keuangan. Bila kebijakan ini dibuat dengan buruk atau kurang memadai, karyawan akan memperoleh kesempatan untuk memanipulasi data.
c. Petinggi organisasi yang kurang berkomitmen
Petinggi organisasi yang kurang komitmen biasanya akan menunjukkan tindakan yang tidak jujur, kurang etis, dan tidak berintegritas. Petinggi seperti ini akan lebih berkesempatan untuk melakukan financial fraud.
2. Tekanan (Incentive/Pressure)
Tekanan ialah faktor pendorong yang muncul dalam pola pikir individu yang dipicu secara internal ataupun eksternal untuk melakukan financial fraud. Beberapa contoh yang memicu tekanan, antara lain,
a. Ekspektasi analis dan investor
Keinginan untuk memenuhi ekspektasi investor dan analis untuk mempertahankan atau menaikkan harga saham dapat membuahkan tekanan untuk melakukan financial fraud.
b. Tekanan personal
Tekanan personal dapat mencakup kebutuhan untuk membayar tagihan pribadi, kecanduan judi, ataupun keinginan untuk memperoleh lebih banyak uang.
c. Bonus berdasarkan metrik finansial
Metrik finansial yang umum digunakan untuk menilai kinerja karyawan dalam sebuah organisasi adalah pendapatan. Bonus yang didasarkan pada perolehan pendapatan akan menciptakan tekanan pada karyawan untuk mencapai target. Inilah yang mendorong individu melakukan financial fraud.
3. Rasionalisasi (Rationalization)
Rasionalisasi merujuk pada pembenaran seseorang untuk melakukan financial fraud. Berikut adalah contoh-contoh rasionalisasi!
a. “Tidak ada jalan lain”
Seseorang bisa saja berpikir bahwa dirinya akan kehilangan sesuatu, misalnya kehilangan pekerjaan, kecuali jika ia melakukan financial fraud.
b. “Mereka berlaku buruk pada saya”
Individu bisa merasakan dendam terhadap atasan atau rekan kerja yang memperlakukannya dengan buruk. Kemudian, ia meyakini bahwa melakukan financial fraud adalah jalan terbaik untuk membalaskan dendam.
c. “Atasan juga melakukan hal yang sama”
Atasan yang tidak jujur dan kurang etis bisa mendorong individu untuk mengikuti tindakan buruk mereka.
9 Jenis Financial Fraud
Financial fraud didorong oleh satu atau sejumlah faktor hingga menciptakan berbagai skema. Anda bisa pelajari lebih lanjut dengan menyimak beberapa jenis financial fraud berikut!
1. Pencurian Identitas
Pencurian identitas merupakan jenis financial fraud yang terjadi saat seseorang menggunakan informasi pribadi orang lain tanpa izin untuk memperoleh keuntungan. Beberapa macam identitas yang umum dicuri, antara lain, nomor rekening bank, info kartu kredit, serta PIN.
Pelaku bisa mencuri identitas Anda dengan berbagai cara, misalnya, meretas jaringan komputer perusahaan, menebar malware pengumpul informasi, menelusuri jejaring sosial, atau mengirimkan SMS, chat, dan email penipuan.
Pencuri akan memakai informasi korban untuk mengakses rekening yang telah ada, membuka rekening tanpa izin, melakukan transaksi ilegal, atau menipu orang lain.
2. Penipuan Transaksi Pembayaran
Jenis penipuan ini terjadi ketika pelaku mencuri informasi pembayaran orang lain atau mengelabui korban untuk membagikan informasi kepadanya. Tujuannya adalah untuk membuat transaksi pembayaran palsu atau ilegal.
Penipuan transaksi pembayaran adalah salah satu jenis financial fraud yang paling gencar di dunia. Penipuan ini bahkan diprediksi akan terus meningkat dan diproyeksikan akan memakan biaya hingga 40,62 miliar dolar AS pada 2027.
Penipuan transaksi pembayaran bergantung pada jenis financial fraud lain, seperti cybercrime atau pencurian identitas. Setelah penipuan pembayaran dilakukan, kejahatannya dapat memicu financial fraud lanjutan, seperti pencucian uang.
3. Penipuan Kartu Kredit atau Debit
Penipuan kartu kredit atau debit adalah salah satu jenis financial fraud dengan kasus terbanyak di dunia. Jenis penipuan ini bahkan diprediksi akan tembus ke angka 43 miliar dolar AS secara global pada 2026.
Pelaku penipuan akan mencuri data kartu kredit atau kartu debit korban, lalu memakainya untuk menarik uang tunai atau melakukan pembelian.
Penipuan kartu kredit dan debit meliputi dua kategori, yakni dengan atau tanpa kartu. Contoh dari penipuan dengan kartu termasuk saat seseorang kehilangan kartu, pelaku mencuri kartu dari rumah atau dompet pemilik, mengkloning kartu melalui proses skimming di ATM, atau menukar kartu selama pengiriman via pos.
Sementara itu, penipuan tanpa kartu kini sedang marak karena didukung oleh pencurian detail kartu kredit. Pelaku akan menggunakan detail tersebut untuk melancarkan sejumlah transaksi online sebelum terdeteksi oleh sistem keamanan.
4. Penipuan Retur
Penipuan retur merujuk pada tindakan ilegal saat individu mengeksploitasi proses retur barang atau jasa untuk mendapatkan keuntungan finansial. Jenis penipuan ini marak di sektor ritel dan e-commerce.
Penipuan retur dapat meliputi pengembalian merchandise yang dicuri, pemalsuan tanda terima, atau manipulasi sistem retur untuk memperoleh pengembalian dana ilegal atau kredit toko.
5. Penipuan Amal
Penipuan amal memanfaatkan niat baik korban agar mendonasikan uangnya untuk membantu sesama.
Kadang-kadang, program amal yang dikabarkan oleh penipu pun tidak pernah ada, atau si penipu membuat kampanye palsu menggunakan nama organisasi yang sudah memiliki reputasi di bidang amal.
Lebih licik lagi, saat korban memasukkan informasi pribadinya ke situs web untuk berdonasi, pelaku akan mengeksploitasi informasi tersebut untuk berbagai kejahatan.
6. Pencucian Uang
Setelah kriminal melakukan berbagai macam penipuan untuk memperoleh uang dari korban, mereka harus secepatnya menghapuskan jejak kejahatan. Inilah momen terjadinya pencucian uang, financial fraud paling mahal di dunia. Faktanya, PBB memperkirakan para kriminal melakukan pencucian uang hingga lebih dari triliunan dolar AS setiap tahunnya.
Pencucian uang adalah proses kriminal yang menyamarkan sumber dana ilegal agar tampak legal.
Anda bertanya-tanya kenapa disebut “pencucian”? Seperti halnya rutinitas cuci baju untuk menghilangkan kotoran dan noda, pencucian uang membersihkan “uang kotor” dengan menghilangkan jejak sumbernya yang ilegal.
Pencucian uang menjadi bagian dasar dari segala jenis financial fraud sehingga kriminal bisa menikmati uang ilegal mereka tanpa dicurigai siapa pun.
7. Penipuan Konsumen
Penipuan konsumen adalah istilah yang mencakup tindakan ilegal yang menyebabkan bahaya atau kerugian finansial pada konsumen individu ataupun kelompok. Beberapa contoh penipuan konsumen, antara lain, penipuan identitas, penipuan properti, serta iklan palsu.
Penipuan properti dapat berupa penipuan yang dilakukan oleh pemilik atau agen properti untuk memperoleh lebih banyak uang. Misalnya, pelaku memberikan dokumen yang tidak transparan, lalu memanipulasi konsumen agar mau menandatanganinya.
Sementara itu, iklan palsu terjadi ketika bisnis memberikan informasi yang tidak akurat kepada pelanggan terkait kualitas atau keunggulan produk atau jasa. Pelanggan yang berhasil ditipu akan mengeluarkan uang yang tidak wajar dalam pembelian.
8. Penipuan Uang Muka
Penipuan uang muka merupakan jenis financial fraud yang pelakunya meminta uang muka untuk barang atau jasa yang tidak akan pernah dikirimkan ke korban.
Jenis penipuan ini cukup terkenal di kalangan pengguna email akibat insiden 419, atau disebut juga “Nigerian Prince Scam”. Akan tetapi, awal mula dari penipuan uang muka terjadi pada abad ke-19, atau dikenal juga sebagai “Spanish Prisoner”.
Dalam penipuan Spanish Prisoner, pelaku menghubungi korban melalui surat. Isi suratnya menerangkan bahwa si pengirim adalah orang kaya raya yang dipenjara karena salah tangkap. Walau begitu, ia menghubungi seorang teman–yang merupakan korban–untuk membantunya mengumpulkan uang agar bisa bebas dari penjara.
Pelaku meminta korban untuk segera mengirimkan jumlah uang yang tertera di surat. Kemudian, ia menjanjikan akan memberi hadiah uang yang lebih besar kepada korban setelah dirinya dibebaskan.
Penipuan Spanish Prisoner, yang disebut juga penipuan uang muka, terbukti sukses karena terus memakan korban sepanjang sejarah. Ditambah lagi, penipuan ini makin marak di masa kepopuleran internet.
Pada zaman modern, pelaku penipuan uang muka memanfaatkan popularitas email ketimbang mengirimkan surat fisik.
Penipuan Nigerian Prince menyebar email yang berisi pengakuan bahwa pengirim merupakan anggota keluarga kerajaan nan membutuhkan bantuan finansial darurat. Dana bantuan akan digunakan untuk kabur dari negerinya atau bebas dari penjara akibat salah tangkap.
Berbeda dengan penipuan Spanish Prisoner, pelaku penipuan Nigerian Prince tak hanya berniat mencuri uang, tetapi juga menipu untuk memperoleh berkas identitas pribadi korban. Berkas tersebut nantinya akan digunakan untuk melakukan penipuan identitas.
Meski kini penipuan Nigerian Prince menjadi bahan candaan selama beberapa dekade ke belakang, penipuan ini telah memakan banyak korban. Faktanya, warga Amerika Serikat kehilangan 703.000 dolar AS pada 2018 akibat penipuan Nigerian Prince.
9. Cybercrime
Cybercrime adalah salah satu ancaman terbesar di dunia serbadigital seperti sekarang. Menurut Jürgen Stock, Sekretaris Jenderal di Interpol, kerugian global yang disebabkan oleh cybercrime diprediksi akan mencapai 10,5 triliun dolar AS pada 2025.
Cybercrime pada dasarnya merupakan istilah umum untuk kejahatan di dunia siber. Akan tetapi, ada beberapa macam cybercrime yang termasuk financial fraud, antara lain,
- Phising — Phising dilakukan untuk memperoleh informasi sensitif dari pribadi atau entitas. Pelaku phising biasanya menyamar sebagai pihak tepercaya dan menggunakan situs web, pesan, atau email untuk mendapatkan kepercayaan calon korban.
- Malware — Singkatan dari malicious software ini berupa virus atau program komputer yang dipakai pelaku untuk membahayakan atau mengeksploitasi kerentanan dari sistem keamanan perangkat milik korban.
- Ransomware — Ransomware adalah software yang mengunci berkas atau perangkat korban agar tak bisa diakses. Pelaku kejahatan ini akan meminta ransom (uang tebusan) jika korban ingin membuka kuncinya.
- Pencurian kripto — Hacker akan menggunakan sistem perangkat korban untuk menambang mata uang kripto tanpa seizin atau sepengetahuan korban.
Dampak Financial Fraud
Berikut adalah beberapa dampak yang ditimbulkan oleh financial fraud!
- Dampak terhadap manusia — Selain kerugian finansial, penipuan bisa menjadi pengalaman yang traumatis untuk mental dan fisik seseorang.
- Dampak terhadap pemerintah dan bisnis — Financial fraud memberikan dampak besar terhadap keuangan nasional, menghasilkan kerugian dalam pendapatan pajak. Pencucian uang dan penggelapan pajak menjadi kontributor utama dari dampak ini. Menurut laporan Tax Justice Network, kerugian pendapatan pajak global akibat penggelapan pajak diperkirakan tembus ke angka 312 miliar dolar AS per tahun. Sementara itu, laporan ACFE (Association of Certified Fraud Examiners) memperkirakan bahwa bisnis merugi sekitar 5% akibat fraud, atau sekitar 3,6 miliar dolar AS per tahun.
- Dampak terhadap reputasi — Dampak ini bisa diakibatkan oleh sejumlah hal, seperti pelaku yang menyamar sebagai entitas bereputasi tinggi, atau anggota organisasi yang ketahuan melakukan financial fraud.
Tips Mencegah Financial Fraud
Pastinya, Anda tidak ingin menjadi target dari financial fraud, kan? Kalau begitu, lakukan sejumlah tips pencegahan berikut!
- Tingkatkan kewaspadaan terhadap siapa pun dan apa pun. Selalu bertanya-tanya, seperti “kenapa dia menawarkan hal ini pada saya?”, “apa yang akan diperolehnya dari hal ini?”, atau “kenapa dia tampak terburu-buru?”.
- Tinjau ulang semua rekening finansial atau akun yang Anda miliki. Ganti kata sandi atau PIN secara berkala.
- Lacak dan simpan laporan keuangan Anda.
- Jangan pernah membagikan info pribadi ke media sosial! Hanya bagikan jika Anda benar-benar yakin sepenuhnya dengan seseorang.
- Hancurkan dokumen fisik agar informasi sensitif tidak dipungut oleh pihak tak bertanggung jawab.
- Sebisa mungkin, hindari menggunakan WiFi publik karena kurang aman dan rentan diserang hacker.
Financial fraud adalah kejahatan yang memiliki banyak jenis dan faktor pendorong, serta menimbulkan dampak yang berbahaya. Oleh karena itu, Anda perlu menerapkan sejumlah tips pencegahan di atas agar terlindung dari financial fraud.
Sebagai tambahan, Anda dapat mengandalkan layanan Enhancement yang dipersembahkan oleh DOKU. Layanan ini menyediakan Power Recon, sistem yang mampu meningkatkan akurasi catatan keuangan, mengurangi kesalahan, serta menunjang transparansi dalam laporan finansial.
Power Recon bisa menjadi solusi mitigasi financial fraud yang efektif. Tertarik untuk memanfaatkannya? Yuk, gabung dengan DOKU, penyedia payment gateway tepercaya di Indonesia, sekarang juga!
Ingin mempelajari lebih lanjut soal layanan payment gateway DOKU? Hubungi tim sales kami di sini untuk mendapatkan informasi lebih detail, atau Anda bisa langsung daftar di sini untuk bergabung dengan DOKU dan mulai nikmati solusi pembayaran yang inovatif!